Jumat, 11 Februari 2011

Masihkah Presiden Pertahankan Kabinet

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada peringatan Hari Pers Nasional sangatlah jelas. Presiden meminta kepada para pejabat untuk searah dengan agenda besar membangun bangsa dan negara ini. Bahkan secara tegas, Presiden meminta dicarikan jalan bagi pembubaran organisasi masyarakat yang mengoyak-ngoyak kerukunan dan keharmonisan masyarakat.

Apakah pesan Presiden yang begitu gamblang dipahami oleh para menteri? Apakah para anggota kabinet memahami apa yang diinginkan Presiden dan kemudian membantu untuk merealisasikan keinginan tersebut?

Kita merasa sangat kaget mendengar komentar-komentar yang disampaikan para menteri. Kesan yang dimunculkan adalah perintah Presiden itu sulit untuk dilaksanakan. Bahkan lebih memprihatinkan lagi, tindakan itu seakan tidak mungkin dilakukan karena tidak ada ormas yang berbuat keonaran.

Padahal jelas-jelas ada dua peristiwa setidaknya yang baru terjadi di depan mata dan itu dilakukan ormas tertentu. Mereka bukan hanya menebarkan ketakutan, tetapi tindakannya mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain.

Lalu menjadi pertanyaan, apakah para menteri itu bekerja untuk membantu Presiden membangun negara ini? Ataukah mereka orang-orang yang berbeda ideologinya dan tidak sejalan dengan Presiden untuk membangun sebuah tim yang solid.

Kasihan Presiden kalau ternyata para pembantunya tidak memiliki wawasan yang sama dengan pemimpinnya. Tidak usah heran apabila arah kebijakan yang ditempuh pemerintah saling tumpang-tindih karena mereka merupakan individu-individu yang terpisah. Mereka bukan satu kesatuan yang sama tujuannya yakni membangun masyarakat yang adil dan makmur, masyarakat yang hidup dalam ketenangan dan keharmonisan.\

Kita bahkan ingin mempertanyakan wawasan kebangsaan dari para menteri itu. Apakah mereka sadar bahwa negeri ini dibangun dengan darah dan air mata? Tahukah mereka bahwa keberagaman dari bangsa ini adalah sebuah kenyataan dan tugas kita semua untuk merawat perbedaan menjadi satu kekuatan.

Dengan menteri-menteri yang bekerja untuk orientasi pribadi atau paling jauh partai politiknya dan kualitas kemampuan yang mediocre, apakah Presiden akan terus mempertahankan kabinetnya? Apakah Presiden akan membiarkan masa kedua masa kepemimpinan tidak meninggalkan legacy yang tidak berarti?

Sejak setahun pemerintahan, Presiden seharusnya tahu bahwa para menterinya tidak bisa diandalkan. Presiden seharusnya berani untuk merombak kabinetnya, bukan untuk kepentingan dirinya, tetapi untuk kepentingan bangsa dan negara.

Bukan hanya di bidang sosial pemerintahan ini kedodoran, tetapi di bidang hukum dan juga ekonomi. Tidak terasa hadirnya sosok pemerintahan yang bisa diandalkan dan memberi harapan kepada masyarakat. Malah yang ada ada keputusasaan terhadap masa depan bersama.

Negeri ini akan terkoyak-koyak kalau dibiarkan perbedaan itu semakin merebak. Komponen bangsa ini bukannya bersatu untuk menghadapi persaingan dengan bangsa-bangsa lain, tetapi justru saling membunuh di antara anak bangsa sendiri.

Apalagi ketika banyak pemimpinnya tidak memiliki keberpihakan yang jelas terhadap masa depan negeri ini. Mereka tidak memiliki empati dan perasaan sedih terhadap keadaan masyarakat. Mereka masih bisa tenang-tenang seakan tidak terjadi apa-apa di negara ini.

Negeri ini membutuhkan wawasan kebangsaan yang kuat dari para pemimpinnya. Negeri ini baru seumur jagung dibandingkan dengan negara-negara besar lainnya. Selalu kita mengatakan bahwa negeri ini masih dalam proses panjang untuk menjadi Indonesia.

Untuk itu diperlukan kesabaran untuk merawatnya. Kita masih harus terus mengedukasi rakyat ini untuk menjadi bangsa yang tahu akan tugas dan tanggung jawabnya membangun negeri ini. Bagaimana semua orang harus mampu membangun kebersamaan agar tidak menjadi bangsa yang gagal untuk bersaing di pentas dunia.

Demokrasi yang sejak 13 tahun baru sampai kita nikmati kebebasannya. Belum sampai pada penghormatan terhadap hukum, apalagi sampai membangun etika. Ini merupakan proses yang masih sangat panjang.

Terus terang kita ragu akan bisa membangun demokrasi yang matang dengan kualitas pemimpin seperti sekarang ini. Kalau kita tanya, apakah Presiden masih pantas untuk mempertahankan kabinet yang ada, bukan untuk kepentingan politisasi mengejar jabatan. Kita hanya sayang kepada negeri ini, karena kita membutuhkan para pemimpin yang berpikiran terbuka dan besar, bukan pemimpin yang berpikiran sempit seperti sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar